Selasa, 21 April 2015
ATTENTION
Hai para reader. author Shin Tama pindah lapak karena alasan tertentu. bagi yang berminat silakan kunjungi lapak aku yang baru : romancestoryofexo.wordpress.com sekian dan terimakasih :-)
Kamis, 02 April 2015
The Train Express
Tittle : The Express Train (Part 1)
Length : Twoshoot
Rating : PG-15
Main cast : -D.O (EXO)
-Soyul (Crayon Pop)
Other Cast : -Young Soo (OC)
-bibi Nam (OC)
***
***
SOYUL POV
Kupejamkan mata sejenak untuk
merasakan belaian lembut dan hangat angin musim semi. Aku suka musim semi dan
kota Jinhae. Mereka adalah dua element berbeda, namun saling melengkapi. Sangat
indah dan menakjubkan.
Aku adalah seorang gadis biasa yang
suka berkhayal dimanapun aku berada. Dan khayalanku itu seringkali kutuangakan
dibeberapa lembar kertas putih kosong bergaris. Singkat cerita, hobiku adalah
menulis cerita fiksi. Tempat favoritku untuk memikirkan ide-ide itu adalah kota
ini, kota Jinhae. Tepatnya di stasiun Kyeong Wha. Sudah menjadi kegiatan
rutinku di musim semi, menaiki kereta hanya untuk sekedar menikmati keindahan
cherry blossom yang bermekaran disepanjang kedua sisi rel kereta kota Jinhae.
D.O POV
waktu cepat sekali berjalan. Rasanya
baru kemarin rintik-rintik hujan membasahi kepalaku. Namun sekarang sudah
tergantikan oleh hamburan kelopak cherry blossom yang jatuh dihempas angin.
Musim semi telah tiba. Kata
kebanyakan orang, musim semi membawa aura ketenangan. Tapi tidak untukku. Aku
tidak sependapat dengan mereka. Dimusim apapun, rasanya sama saja. Aku selalu
dibebani pekerjaan kantor yang sudah di dateline. Aku hampir dirundung stres
dibuatnya. Untung saja, rasa stres itu tidak benar-benar menghampiriku. Sebagai
gantinya, rasa lelah selalu menguras sisa energi yang kumiliki.
Kelopak mataku sangat berat. Rasanya
tidak sabar ingin cepat sampai dirumah, lalu membenamkan diri di kasur dan
tenggelam dalam mimpi. Mataku semakin merapat. Oh tidak. Tunggulah beberapa
menit lagi...ah sial. Aku sangat mengantuk. Kulirik jam tangan. 25 menit lagi
aku akan sampai di stasiun tujuanku. 25 menit? Kupikir tidur sebentar tidak
masalah. Akhirnya aku menyerah kepada rasa kantukku dan memanfaatkan waktu
perjalananku untuk mengobati kantuk beratku.
60 menit kemudian...
Aku terbangun dari tidurku. Dimana aku sekarang? Kenapa keretanya berhenti? Apakah sudah sampai? Aku melihat kekiri dan kekanan. Gerbong keretanya sudah kosong. Para penumpang yang lainnya sudah turun. Kecuali aku dan seorang gadis yang sedang duduk disebrang tempat dudukku.
“chogiyo...kenapa anda tidak turun?” tanya gadis itu tiba-tiba. Aku hanya menoleh kearahnya tanpa sempat menjawabnya. “ini pemberhentian terakhir.” Lanjut gadis itu.
Mwo? Terakhir? Itu berarti...
“seharusnya aku turun di pemberhentian ke-3, tapi karena aku ketiduran...stasiun tujuanku jadi terlewat.” Jawabku.
“kau sendiri, kenapa tidak turun?” aku balik bertanya.
“aku ingin ke stasiun Kyeong Wha.”
Seingatku, aku dan gadis itu naik kereta ini dari stasiun Kyeong Wha. Ya,tidak salah lagi. gadis itu berjalan didepanku saat hendak memasuki gerbong. Lalu...kenapa dia ingin kembali ke sana legi? Ah...aku tidak peduli. Itu bukan urusanku. Memikirkan urusanku saja, sudah membuatku pusing. Tidak ada waktu untuk mencampuri urusan orang lain.
***
AUTHOR POV
Seperti biasa, D.O memasuki gerbong kereta dengan digelayuti rasa lelah. Kali ini dan untuk seterusnya, dia menuntut kepada dirinya sendiri : jangan sampai ia ketiduran di kereta lagi, karena itu sangat merepotkan dan membuang waktu saja.
Bicara memang mudah, tapi kenyataannya...berbanding terbalik dengan apa yang dibicarakan. Mata D.O mulai berat dan pelahan-lahan kelopak mata itu tertutup rapat, D.O tertidur. Gawat.
***
SOYUL POV
Aku
mengetuk-ngetukan ujung sepatuku ke lantai kereta. Aku bingung? apa yang harus
aku lakukan? Ada seorang pria yang sama sekali tidak kukenal, bersandar
dibahuku. Dia ketiduran. wajah pria itu tidak terlalu asing bagiku, karena
kemarin kita pernah bertemu dan membuat percakapan singkat.
Aku
melirik wajahnya sekilas. Kelihatnya, tidurnya sangat nyenyak. Pasti pria itu
sangat kelelahan, sampai dia tidak sadar bahwa kepalanya terkunglai di bahu
orang lain. Huh...aku jadi tidak tega membangunkannya.
“ya...chogiyo.” kataku seraya
menusuk-nusuk jari telunjukku ke bahunya.
“....” tidak berhasil. Pria itu masih
berada di bawah alam sadarnya.
“hei...kau sudah sampai di stasiun
tujuanmu.” Kataku lagi.
Kali
ini berhasil. Pria itu terlonjak. Sepasang mata bulatnya langsung terbuka
lebar. Dia menoleh kearahku dengan tatapan bingung. sepertinya, kesadaranyan
belum benar-bernar kembali.
“Joesong-hamnida...” ucap pria itu
sambil membungkuk kearahku, lalu dia segera meninggalkan gerbong sebelum
pintunya tertutup secara otomatis.
***
D.O POV
"Aku pesan 1 expresso coffe. " kataku kepada seorang
barista di sebuah cafe dekat stasiun.
Aku harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan kebiasaan burukku
itu. Mungkin segelas kopi dapat membantu. Jika cara ini tidak berhasil juga,
haruskah aku menjepit kelopak mataku dengan penjepit pakaian agar aku tetap terjaga?
Aku meringis pelan ketika sebuah ingatan melintas dipikiranku.
Sebuah ingatan yang menggambarkan kejadian yang kualami kemarin dengan seorang
gadis di kereta api. Ah,,,itu memalukan.
"ini tuan pesanan anda. "
kata barista itu yang langsung memecahkan lamunanku.
"Eoh, iya. Aku pesan satu lagi.
"
"Baik tuan."
***
AUTHOR POV
D.O memasuki gerbong yang biasa ia tempati. Ia berharap bertemu
dengan gadis itu agar coffe cup yang sudah dibelinya tidak terbuang sia-sia.
"Ehm..." D.O berdeham. “permisi.” Lanjutnya kepada gadis
yang sedang asik memandang keluar jendela. Dia menoleh kearah D.O yang telah
duduk disebelahnya. “anda?” gumam gadis itu yang sudah familiar dengan wajah
D.O. “ini untukmu.” Kata D.O seraya menyodorkan segelas kopi. Melihat raut
wajah gadis itu yang terkejut dan kebingungan, D.O menyambung kalimatnya “mohon
diterima, anggap saja ini adalah tanda maaf dan terimaksihku karena kejadian
kemarin.”
Soyul tersenyum ramah, lalu menerima niat baik pria itu. “namaku
D.O. siapa namamu?” D.O mengulurkan tangan kanannya yang kemudian disambut oleh
Soyul.
“panggil saja aku Soyul.”
“oia...bagaimana kau bisa tahu
stasiun tujuanku?” tanya D.O mulai membuat percakapan.
“kau pernah berkata padaku
‘seharusnya aku berhenti di pemberhentian ketiga’. Apa kau lupa?”
“oh...waktu itu. Ya aku ingat.”
Sejak
moment perkenalan mereka terjadi, mereka menjadi sering membuat
percakapan-percakapan singkat di dalam gerbong. Mengenai kebiasaan buruk D.O?
kebiasaan ketiduran di kereta masih melekat pada pria itu. Namun bedannya,
semenjak D.O mengenal Soyul....stasiun tujuannya tidak pernah terlewat lagi.
Itu karena gadis itu seringkali menjadi alarm berjalan bagi D.O. cukup membantu
untuk meminimalisir kebiasaan pria itu.
***
Soyul tersimpuh dipinggir ranjangnya. Matanya berderai air mata
sambil membaca selembar surat keterangan dari dokter. Surat itu berisi hasil
pemeriksaan kondisi adik laki-lakinya yang berumur 12 tahun, bernama Young Soo.
Young Soo di diagnosis mengidap penyakit sirosis (pengerasan hati),
dan anak laki-laki malang itu harus segera mendapatkan donor. Harus, dan hanya
orang yang memiliki hubungan darah yang erat yang bisa menjadi pendonornya.
Perasaan Soyul kalut. Beban hidupnya sudah sangat berat. Ibunya
meninggal dunia ketika beliau melahirkan Young Soo. Ayahnya pergi meninggalkan
Soyul dan adiknya sejak Soyul masih duduk dibangku SMA. Tidak ada guna lagi
berharap ayahnya kembali, karena pria itu melarikan diri entah kemana, Soyul
tidak tahu. Yang Soyul tahu, pria itu menghidari para penagih hutang yang
mencarinya. Sejak saat itu, Soyul-lah yang bertanggung jawab penuh atas adiknya
itu dan sekarang Soyul dan adikknya tinggal disebuah rumah yang mereka sewa.
***
SOYUL POV
Aku melongok ke ruang TV. Kulihat Young Soo sedang mengerjakan
sesuatu. Ia menoleh ke arahku. Sepertinya dia menyadari bahwa ada yg sedang
memperhatikannya. Dia tersenyum dan melambaikan tangannya, memintaku untuk
menghampirinya.
"kau sedang apa?" Tanyaku
seraya duduk disampingnya.
"Aku sedang membuat miniatur
gedung. "
"Benarkah, kau bisa
melakukannya. Coba nuna lihat."
Young Soo memamerkan karya buatannya kepadaku. Bagus. Sangat
kreatif. Dia menggunakan kardus, kertas warna dan lem untuk membuat miniatur
itu.
"Eottae? "
"bagus sekali. "
"Syukurlah, berarti aku punya
bakat menjadi arsitek jika aku sudah dewasa nanti. " balas Young Soo
dengan wajah sumbringah.
"Cita-cita mu ingin menjadi
arsitek? "
"Ne, aku sangat ingin. Jika aku
sudah menjadi arsitek nanti, akur akan mendirikan sebuah istana modern yang
sangat mewah, untuk tempat tinggal kita. " balasnya antusias.
Aku terenyuh. Nuna sangat menyayangimu Young Soo. Hanya kau
satu-satunya keluarga yang ku miliki. Kaulah yang selama ini menjadi alasanku
untuk tetap bertahan di kehidupan yang keras ini. Aku tidak ingin kehilangan
mu. Tak kan aku biarkan penyakit terkutuk itu merenggut nyawamu. Aku rela
melakukan apapun demi kau, adikku. Bagaimanapun caranya.
***
AUTHOR POV
"Young Soo, nuna pulang!" Kata Soyul seraya membuka pintu
utama. Adik laki-lakinya itu tidak menyahut. Oh, mungkin adiknya sedang
menonton Tv, pikirnya. Soyul tahu betul kegiatan rutin adiknya disore hari.
"Bibi Nam ... " gumam Soyul ketika melihat bibinya sedang
duduk disofa ruang tv. Air wajah wanita paruh baya itu tampak berbeda dari
biasanya. Senyum ramah dan ocehan ringan tiba-tiba hilang dari karakter bibi
Soyul. Ada apa dengan wanita itu?
"Coba kau jelaskan tetang ini. " bibi Soyul mengacuhkan
selembar amplop yang didepannya terdapat logo rumah sakit. DEG... Soyul
terlonjak.
"aku menemukannya dinakas kamarmu ketika aku sedang merapikan
kamarmu. " lanjut bibinya sebelum Soyul menyuarakan isi pikirannya yang
bertanya-tanya mengenai asal-usul bibinya mendapatkan surat itu. Soyul yakin,
bibinya telah mengetahui isi surat itu. Gawat. Seharusnya ia bisa
menyembunyikan surat itu dengan baik. Ceroboh.
Soyul mengepal kedua telapak tangannya. Ia berusaha mengumpulkan
kekuatan batinnya. cepat atau lambat, bibinya pasti akan mengetahui masalah
ini. Amplop itu berisi surat keterangan pendonor hati untuk Young Soo. Diformat
nama pendonor, tertera nama Soyul.
"Aku sangat menyayangi Young
Soo. Aku hanya ingin menyelamatkannya. " suara Soyul melemah.
"Kau punya 2 ginjal, jika kau
memberikan satu untuk adik mu... kau masih bisa hidup dengan satu ginjal. Tapi
hati... kau hanya memiliki satu. Jika kau memberikannya... maka... " perkataan
bibi Soyul terputus, ia menarik napas panjang. Dadanya sesak karena menahan
isaknya. "Maka kau tidak punya
kesempatan hidup lagi... " lanjut bibinya seraya menitika air mata yang
tidak bisa dibendung lagi.
"Young Soo masih sangat muda,
dia masih memiliki cita-cita yang menggebu-gebu, dia juga belum mengenal dunia ini dan segala
hal yang ada didalamnya. Sedangkan aku.... aku sudah merasakan manis pahitnya
hidup ini. Membiarkan Young Soo tumbuh dengan sehat, itu bisa membuatku tenang,
walaupun aku tak disisinya lagi. " air mata Soyul menyusul.
"Pasti ada cara lain. Kau tidak
perlu berkorban sejauh ini. "
Soyul menggeleng. "Sangat sulit mencari pendonor lain, kemungkinan
ada sangat kecil, 1: 1.000.000. Hanya keluarganya lah yang dapat mendonorkan
hati untuknya. Dan hanya aku, satu-satunya keluarga yang Young Soo miliki.
" respon Soyul, lalu membekap mulutnya dengan salah satu tangannya untuk
meredam tangisnya. "Aku mohon, izinkan aku. Dan jangan beritahu Young Soo
mengenai ini." Sambung Soyul sambil menggenggam tangan bibinya dan menatap
lurus kedalam mata wanita itu. Bibi Soyul mengangguk lemah. Hatinya luluh saat
melihat binar mata gadis muda yang ada dihadapannya, penuh ketulusan.
Soyul memeluk wanita itu. Walaupun wanita itu bukan bibi kandungnya.
Tapi Soyul sayang padanya dan sudah menganggapnya bagian dari keluarga.
***
SOYUL POV
"Aku iri padamu." Statment D.O yang membuat kerutan di
dahiku. "Wae?" Tanyaku. "Hidupmu tampak ringan dan sederhana.
Jika aku boleh memilih, aku ingin menjalani hidup sepertimu. " jawab D.O,
lalu menghela napas berat.
Senyumku memudar. Kau salah D.O. hidupku tidak seperti apa yang kau
katakan. Diluar orang bisa melihatku tersenyum. Dan juga Mereka tak pernah
mendengar keluhan ku. mereka tidak tahu yang sebenarnya. Disisi lain dalam
diriku yang tak pernah terjangkau oleh kasat mata, terdapat beban hidup yang
entah sampai kapan aku bisa menanggungnya. Itu sangat berat. Andai kau tahu
itu.
"Aku
sama sepertimu, D.O-ssi." Balasku seraya mencoba menarik senyum di bibirku
yang terasa kaku. "Aku juga bekerja. Rasa lelah, jenuh, dan hampir stres
karena pekerjaan, semua itu pernah aku rasakan. Tapi, aku bisa mengatasinya
dengan caraku sendiri. " sambungku.
"Benarkah? menurutku itu sulit,
jika semua perasaan itu datang padaku, maka jalan pikiran ku tiba-tiba buntu.
Bagaimana caramu melakukan nya? "
"Misalnya seperti sekarang ini:
duduk dikereta sambil menikmati pemandangan musim semi Jinhae dan sekitarnya.
" jawabku sambil melempar pandanganku keluar jendela.
"Sesederhana itu? "
aku menoleh kearah pria itu, lalu mengangguk.
"Jika itu kurang berhasil, maka aku akan bermain dengan imajinasi ku.
Berkhayal kau bisa terbang bebas , padahal kau bukan burung atau imajinasi
lainnya yang kau suka dan inginkan. Menurutku itu sangat menghibur. Kau bisa
mencobanya. " tambahku panjang lebar. Ku harap bisa meringankan beban
pikiran pria itu.
"Ehm, akan kucoba. "
Tepat pada saat itu, kereta berhenti di stasiun tujuan D.O. pria itu
tersenyum dan melambaikan tangan padaku sebelum dia keluar gerbong. Senyuman
pria itu terlalu manis bagi ukuran seorang pria.
***
D.O POV
Aku merebahkan punggungku disandaran kursi. Melelahkan. Aku melirik
laptop yang masih menyala di meja kerjaku. Hah, file-file itu merengek-rengek
minta diselesaikan. Telfon kantor berbunyi. Aku bergegas menerimanya.
"15 menit lagi, anda ada jadwal
meeting dengan client dari Jepang." Kata sekertaris Han dari ujung sana.
"Baik, aku akan bersiap-siap.
" balasku, lalu menutup sambungan telfon kami.
1
Pekerjaan belum selesai, datang lagi pekerjaan baru. Dan begitu seterusnya. Aku
lelah, jenuh dan frustasi. Oh ya, aku ingat. Seperti ada bola lampu yang
menyala di atas kepalaku, aku teringat saran Soyul. Imajinasi? Apa salahnya
dicoba. Mungkin saja itu berlaku padaku juga.
sesuatu
yang kau sukai, sesuatu yang kau inginkan, dan semua hal yang bisa membuatmu
tenang. Baiklah. Ayo kita mulai. Aku memejamkan mataku, mengosongkan pikiranku
untuk saat ini saja, dan merelakskan tubuhku.
“Soyul...” kataku lirih, lalu membuka
mataku.
***
AUTHOR POV
D.O melangkah dengan ringan memasuki pintu masuk stasiun. Jam pulang
kantor adalah saat -saat dimana D.O merasa menjadi seseorang yang lemah dan
rapuh. Tapi itu dulu. Sekarang berbeda. karena Ada gadis itu, jam pulang kantor
menjadi saat yang ditunggu -tunggu oleh D.O.
Gadis berparas manis itu telah mengubah sisi kelabu dalam hidup D.O.
Menghembuskan udara segar di tengah hiruk pikuk kehidupan D.O yang penat. Hanya
dengan melihat wajahnya dan mendengar suaranya, D.O sudah merasa lebih baik,
lebih tenang, lebih nyaman dan meningkatkan hormon serotonin-nya. Ajaib bukan?
Baginya gadis itu seperti obat yang menyembuhkan penyakit fisik dan batinnya.
Lebih menenangkan daripada benzodiazepin. Dan lebih membuatnya candu daripada
narkotika. "Soyul, kau adalah imajinasiku yang nyata." Ucap D.O dalam
hatinya.
***
SOYUL POV
aku memasukan buku draf cerpen ku ke tas selempang biru faforitku.
Aku tidak sabar pergi ke stasiun. melihat cerry blossom mekar, merasakan
belaian angin musim semi, dan mencari inspirasi untuk cerpen tulisanku. Bukan
hanya itu alasanku. Ada alasan yang lebih menarik perhatianku, yaitu pria
bermata bulat itu. Ah, aku semakin sadar, jika pria itu memiliki daya tarik
tersendiri.
Pria itu adalah orang pertama yang membaca cerpen -cerpen buatanku.
Dia juga memberi komentar yang positif, kritik dan saran. Aku menjadi bertambah
semangat.
"Nuna, mau kemana? Bekerja?
bukankah ini hari minggu? " tanya Young Soo ketika aku sedang memakai
sepatu.
Oia, hari ini hari libur. Pria sibuk itu pasti tidak berangkat
bekerja. "nuna ingin jalan-jalan, untuk menghirup udara segar, kau mau
ikut? "
"maaf nuna, sebenarnya aku ingin
sekali menemani mu, tapi aku ada latihan sepak bola dengan teman-teman
ku."
Aku berjalan mendekatinya. Lalu menepuk pundaknya. "Kau jangan
berlatih terlalu keras, jangan sampai terlalu lelah. Kondisimu tidak sebaik
mereka. Arrachi? " Young Soo tersenyum dan mengangguk.
***
AUTHOR POV
Dihari minggu, stasiun Kyeong Wha tampak lengah dari lalu lalang
orang-orang yang biasa pulang-pergi kerja/sekolah. Dengan hati kecewa, Soyul
melangkah menuju gerbong. Kecil kemungkinan bertemu pria itu, pikirnya.
“Soyul...”
panggil D.O seraya meraih pergelangan tangan gadis itu. Napas D.O
terengah-engah. Pria itu berlari kecil untuk mencegah Soyul masuk gerbong.
Hampir saja, satu langkah lagi, maka sosok gadis itu akan pergi dari
pandangannya.
1
detik....2 detik...3 detik...
Soyul mematung. Apakah ini imajinasi?
Tanyanya dalam pikirannya. “Soyul-ssi...” panggil D.O lagi. Soyul langsung
terbangun dari lamumannya ketika mendengar suara pria itu yang begitu nyata.
“ke-kenapa kau disini?” tanya Soyul yang belum sepenuhnya sadar.
“ayo kita pergi ke festiva Jinhae Gunhangje.”
Ajak D.O
Soyul
mengangguk pelan. Sepasang mata pekat itu berhasil memperdayanya. Dan senyum
itu...bagaikan mantra paling mujarab untuknya. Soyul tidak dapat mengelak,
walaupun ia ingin sekalipun. Ia tidak mampu.
festiva
Jinhae Gunhangje
adalah festival cherry blossom terbesar di korea selatan. Event itu digelar di Jungwon Rotary, tepatnya di
daerah tengah kota. Di sana, terdapat stand-stand yang menawarkan berbagai
produk, makanan maupun barang-barang. Stand-stand itu hampir memenuhi satu kota
Jinhae. Meriah sekali.
D.O
dan Soyul sangat menikmati acara itu. Mereka berkunjung ke beberapa stand,
membeli sesuatu di tempat itu, dan berjalan-jalan untuk sekedar melihat-lihat.
Indra pengelihatan mereka juga dimanjakan oleh parade militer yang disuguhkan
militer angkatan laut yang mengenakan seragam lengkap. Benar-benar memukau.
Setelah
puas berkeliling di festival itu, mereka memilih sebuah bangku panjang yang ada
di pinggir kota untuk beristirahat. Tempat itu tidak terlalu padat oleh
pengunjung. Cukup tenang.
“sepertinya musim semi akan berakhir.” Kata
D.O seraya memperhatikan bunga-bunga dan dedaunan yang mulai tanggal dari
batangnya.
“iya, kau benar. Pemandangan yang indah ini
akan segera berakhir.”
Senyum
Soyul perlahan memudar. Ada pesan tersembunyi dibalik ucapannya. Musim semi
berakhir, begitu pula dengan hidupnya. Dokter telah menetapkan waktu operasi
transplatasi ginjal untuk Young Soo, yaitu akhir musim semi ini.
“aku harap musim semi tahun depan, kita bisa
berkunjung ke acara ini lagi. Bukankah menyenangkan?”
“bagaimana jika kita tidak dapat bertemu
lagi?”
“maka aku akan sangat kecewa.” Balas D.O,
lalu menghembuskan napas berat, mempertegas perasaannya jika itu sungguh
terjadi nanti. “kupastikan kita bertemu lagi. Untuk itu...berikan nomor
ponselmu atau alamat rumahmu padaku.” Sambung D.O.
DEG.
Jantung Soyul seakan berhenti berpacu. Akhirnya, hal yang paling ditakutinya
datang. Bagaimana ia harus menjawabnya? Kini Soyul berbeda dari orang lain.
Hidupnya klise. Sulit baginya mengucapkan hal-hal yang nyata. Karena itu, akan
menimbun beban dihatinya.
Ponsel
Soyul berdering. Ada panggilan masuk dari adiknya. “Young Soo-ah ada
apa?....hah?....kau dimana? Nuna akan segera menjemputmu....” Soyul memutus
sambungan telfonya. Lalu berkata kepada D.O “Maafkan aku D.O-ssi, aku harus
pergi sekarang. Kaki adikku terkilir.”
“biar ku antar.” Tawar D.O
“Anio, tidak usah. Aku permisi.” Soyul
membungkukkan tubuhnya sekilas, kemudian mengambil langkah cepat meninggalkan
pria itu.
“dia
sudah pergi. Aku bahkan tidak berhasil mendapatkan kontaknya.” Dengus D.O
karena kecewa. Ia merasa ada yang janggal dengan gadis itu. Ini bukan pertama
kalinya D.O menanyakan kontak Soyul. Sebelumnya ia juga pernah bertanya, tapi
ada saja alasan gadis itu untuk menghindari pertanyaannya. Seperti ada yang
ditutup-tutupi. Misterius. “tapi itu menarik dan aku suka.” Ucap D.O sambil
senyum-senyum sendiri.
***
SOYUL POV
“apakah bibi sangat menyayangi paman?”
“iya, tentu saja.”
“kenapa kau sangat menyayanginya?”
“kedengarannya, itu pertanyaan mudah.
Tapi sulit untuk menjelaskannya.”
“mungkinkah jawabannya adalah
kelebihan yang dimiliki paman?”
“kau kurang tepat. Jika kau
menyayangi seseorang karena kelebihannya, maka itu bukan sayang, tapi
tuntutan.”
“lalu?”
“dia adalah lelaki yang dapat
mengubah kepribadianku sampai 180 derajat. Sebelum aku bertemu dengannya, aku
adalah seorang gadis ceria dan banyak bicara. Namun, entah kenapa...setelah aku
mengenal dia, aku menjadi gadis bisu. Banyak hal yang ingin kutanyakan padanya,
tapi ketika aku dihadapannya...rentetan pertanyaanku tiba-tiba ter-format dari
pikiranku. Aku gugup, malu, dan salah tingkah saat dia memandangiku. Terlepas
dari perasaan-perasaan kacau itu, aku merasa bahagia dan hatiku damai. Perasaan
unik, bukan? jatuh cinta memang seperti itu.”
“kisah yang manis.”
“kau juga bisa merasakannya.”
“tidak mungkin. Aku tidak punya waktu
lagi.”
Aku
mengalihkan pandanganku ke kelangit hitam kelam. Aku menahan air mataku agar
tidak jatuh dihadapan bibi. Biarlah rasa sesak ini menjalari dadaku, tanpa ada
siapapun yang tahu. Sebenarnya aku ingin merasakan jatuh cinta. Tidak! Bukan
ingin lagi. Tapi aku sudah merasakannya.
Aku jatuh cinta kepada pria itu, Doo
Kyusong. Celaka.
“kau masih sangat muda. Kau pantas
merasakannya.” Respon bibi dengan suara lirih. Hatiku terenyuh ketika
mendengarnya. Dia benar, tapi aku salah jika mengharapkannya terlalu besar.
Sangat salah, karena aku tidak punya kesempatan lagi.
“keputusanku sudah bulat. Aku tidak
akan berubah pikiran.”
“kau adalah seorang gadis berhati
malaikat. Jika aku diposisimu, belum tentu aku bisa mengambil keputusan itu. ”
Aku
memaksakan seulas senyum untuk menenangkan bibi yang matanya mulai berkaca-kaca
hendak menangis.
“bibimu ini memang tidak berguna. Aku
tidak dapat berbuat apapun disaat genting seperti ini.” runtuk bibi lebih
kepada dirinya sendiri.
“jangan bicara seperti itu. Aku hanya
ingin bibi menjaga Young Soo demi aku. Itu sudah cukup.”
bibi tersenyum
getir. “kemarilah!” katanya seraya meretangkan kedua tangannya. Dengan senang
hati, aku menghambur ke dalam pelukannya.Hah...aku akan sangat merindukan
pelukan ini.
***
SOYUL POV
Hari
ini tanggal 15 april. Hari H operasi transplatasi hatiku untuk Young Soo.
Semuanya sudah dipersiapkan. Dari dokter bedah, peralatan medis, dan yang
paling utama adalah mentalku. Jujur aku sangat takut. Makhluk hidup mana yang
tidak merasakannya jika kematian menantangnya? Namun, aku tidak boleh menuruti
egoku. Rasa sayangku kepada Young Soo, perlahan-lahan menguapkan rasa mencekam
itu dari benakku.
Dokter
menyuntikan obat bius ke selang infus yang melekat dilenganku. Untuk beberapa
detik setelah itu, tidak ada reaksi yang kurasakan. Lewat satu menit,
penglihatanku mulai kabur. Tiba-tiba saja sosok pria itu tergambar jelas di
pikiranku.
Aku
mohon, berhentilah berharap kita akan bertemu lagi. Jangan kecewa dan jangan
menungguku untuk kembali. Aku mencintaimu D.O-ssi, tapi kita tidak ditakdirkan
untuk bersama. Wajah pria itu terus terlukis sampai pengaruh obat bius
mengantarku ke alam bawah sadar.
***
D.O POV
15
april 2015, aku akan mengabadikan waktu ini. hari ini akan menjadi hari yang
sangat membahagiakan untukku jika gadis itu menerima perasaanku. Dan kalaupun
jawaban Soyul adalah yang sebaliknya. Itu bukan masalah bagiku. Karena aku
tidak akan menyesal telah menyatakan cinta kepadanya.
~2 jam kemudian~
Aku
mengecek jam tanganku. Aneh sekali. biasanya gadis itu sudah datang. Tapi,
sudah sesore ini, dia belum menampakkan dirinya di stasiun ini. aku menoleh ke
arah pintu masuk. Berharap gadis itu muncul, dan memberikan senyum ramahnya.
Ah,
mungkin sebentar lagi.
~3 jam kemudian~
Kuletakkan
sebuket bunga yang sengaja kubeli untuk Soyul di kursi tunggu stasiun. Kelopak-kelopak
itu tampak layu. Kuharap cintaku padanya tidak senasib seperti bunga itu. Gadis
itu tidak datang. tidak apa-apa. Mungkin dia sedang sibuk. Aku masih punya hari
esok. Aku akan datang lagi.
***
AUTHOR POV
Hari
silih berganti. Musim semi sudah berakhir. D.O belum menemukan titik temu
penantian cintanya. Setiap pulang kantor, pria itu selalu menyempatkan diri
untuk menunggu gadis itu distasiun. Namun hasilnya...ia harus mengecap
kenyataan pahit bahwa gadis itu tidak muncul.
“aku akan menunggumu bersama dengan
kelopak cherry blossom yang jatuh dan menari bersama angin musim semi yang
lembut.” lirih D.O
Suaranya
lebih pelan dari dari pada bisikan angin, namun lebih bernyawa dibandingkan
dengan sekedar jiwa yang bersemayam di raga seseorang. Cintanya kepada gadis
itu sangatlah kuat. Ia tidak akan berhenti sampai waktu menyerah, lalu
mempertemukannya kembali dengan Soyul.
~TBC~
Langganan:
Postingan (Atom)